Minggu, 29 Maret 2020

MERAIH MANISNYA IMAN

Dari Anas r.a. dari Nabi saw, bersabda: ada tiga hal yang siapa memiliki tiga hal tersebut pasti ia dapat merasakan manisnya Iman yaitu Allah dan RasulNya lebih dicintai dari pada lainya, ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan membenci untuk kembali kufur setelah ia diselamatkan oleh Allah SWT (dari kufur kepada iman) sebagaimana ia membenci jika ia dilempar kedalam api neraka (HR Muslim)
Hadist di atas menuntut konsekuensi yang berat tetapi mulia. Seseorang baru akan mendapatkan/merasakan manisnya iman jika telah memiliki 3 syarat yaitu:
1.   Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari pada yang lain.
Maksudnya  seorang mukmin mencintai Allah dan Rasulnya mengalahkan cinta dari pada yang lain. Dengan cinta yang tulus dan pemahaman terhadap iman yang benar berdasarkan ilmu akan memudahkan seseorang melakukan apa saja demi yang dicintainya. Keimanan kepada Allah dan Rasul tidak dapat dikalahkan oleh apapun baik oleh keluarga, harta, jabatan maupun yang lainnya. Kapanpun dan dimanapun jika seseorang masih mengutamakan cintanya kepada yang lain (misalnya keluarga, harta, jabatan) mustahil ia akan meraih manisnya iman.
Orang yang lebih mencintai keluarga, harta kekayaan dari pada mencintai Allah dan Rasul dan dari berjihat dijalan Allah tentu tidak akan mendapat petunjuk dari Allah. Firman Allah dalam Q.S At-Taubah/9:24:
Katakanlah: "Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Khusus mencintai harta, Azhari Ahmad Mahmud dalam kutipan pepatah hikmahnya mengatakan “manusia yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk dirinya sendiri terhadap sesuatu yang di dalamnya terdapat kebahagiaan (kabaikan) dan manusia yang paling anianya adalah orang yang menganianya dirinya sendidri dengan bermaksiat kepada Allah SWT karena orang yang bermaksiat berarti mencelakakan dirinya sendiri”.
Dari uraian di atas  jelas bagi kita bahwa mencintai Allah dan Rasulnya merupakan suatu keharusan jika memang ingin meraih manisnya iman, kapan dan dimanapun kita berada. Bukan berarti pula tidak dibolehkan mencintai keluarga, harta  tetapi kecintaan tersebut  di dasarkan atas cinta kepada Allah. Jangan sampai karena cinta anak-anak, harta tersebut menyebabkan kita lalai dalam mengingat Allah.  (QS. Al-Munafiqun:9)
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
2.   Mencintai  karena Allah
Maksudnya cinta seseorang atau tidak mencintai seseorang hanya karena Allah SWT. Cinta seorang mukmin harus dilandasi oleh kesamaan aqidah. Cinta kasih yang dilandasi oleh dasar aqidah  itulah cinta yang sebenarnya. Cinta kasih yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan diantara sesama mereka  dan diridhai oleh Allah SWt. Karena sesama muslim adalah bersaudara yang tidak boleh saling menyakiti dan saling menghina, tetapi saling menolong atas dasar kebaikan dan taqwa kepada Allah SWT.
..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah/5:2)
Dalam suatu riwayat yang datang dari Abu Hurairah r.a berkata: bahwa Rasulullah bersabda “sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah SWT ada sekelompok orang yang bukan para Nabi dan Syuhada tetapi membuat iri para nabi dan syuhada pada hari kiamat karena kedudukanya disisi Allah”. Salah seorang sahabat berkata, wahai Rasulullah beritahukan kepada kami siapa mereka itu? Rasulullah menjawab “mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal tidak diikat oleh hubungan persaudaraan dan tidak karena harta yang saling mereka berikan.
Demikianlah cinta seorang mukmin kepada saudaranya, mereka saling mencintai bukan karena hubungan keluarga atau karena harta tetapi hubungan terjalin hanya karena Allah SWT semata. Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim Rasulullah mengambarkan hubungan tersebut bagaikan satu tubuh:
Perumpamaan kaum mukmin dalam saling mengasihi, saling menyanyangi dan saling lemah lembut diantara mereka seperti perumpamaan satu tubuh, tatkala satu tubuh merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakan pula dengan tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim)
3.   Benci kembali kepada kekufuran
Maksudnya seseorang yang telah diselamatkan Allah dengan iman benci kembali kufur, karena iman merupakan cahaya yang menerangi manusia kejalan yang lurus, yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan yang penuh nikmat dan tidak membosankan yaitu syorga Allah SWT.
Iman dan kufur adalah dua hal yang saling bertentangan. Iman membimbing manusia menunju kebahagian sedangkan kufur mengajak manusia untuk sesat dan terancam siksa. Kesesatan akibat kekufuran adalah sesuatu yang dibenci dan dijauhi oleh orang-orang yang berakal dan memahami agama. Allah SWT menegaskan bahwa hanya orang yang beriman dan beramal shaleh yang akan mendapatkankan keberuntungan, sebaliknya orang yang tidak beriman akan tergolong kepada orang yang merugi.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3)
Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang mempertaruhkan jiwanya untuk mempertahankan iman, meskipun harus mendapatkan siksa dan cobaan dalam kehidupan. Kebencian mereka untuk kembali kufur seperti kebencian mereka jika dilemparkan kedalam api neraka. (Af)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIBURAN DAN CUTI TAHUNAN GURU PNS ?

oleh Afwan Tarihoran, M.Pd. A.         Pendahuluan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan: Guru...