Dari
Anas r.a. dari Nabi saw, bersabda: ada tiga hal yang siapa memiliki tiga hal
tersebut pasti ia dapat merasakan manisnya Iman yaitu Allah dan RasulNya lebih
dicintai dari pada lainya, ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah
dan membenci untuk kembali kufur setelah ia diselamatkan oleh Allah SWT (dari kufur
kepada iman) sebagaimana ia membenci jika ia dilempar kedalam api neraka (HR
Muslim)
Hadist
di atas menuntut konsekuensi yang berat tetapi mulia. Seseorang baru akan
mendapatkan/merasakan manisnya iman jika telah memiliki 3 syarat yaitu:
1. Allah
dan Rasulnya lebih dicintai dari pada yang lain.
Maksudnya seorang mukmin mencintai Allah dan Rasulnya
mengalahkan cinta dari pada yang lain. Dengan cinta yang tulus dan pemahaman
terhadap iman yang benar berdasarkan ilmu akan memudahkan seseorang melakukan
apa saja demi yang dicintainya. Keimanan kepada Allah dan Rasul tidak dapat
dikalahkan oleh apapun baik oleh keluarga, harta, jabatan maupun yang lainnya.
Kapanpun dan dimanapun jika seseorang masih mengutamakan cintanya kepada yang
lain (misalnya keluarga, harta, jabatan) mustahil ia akan meraih manisnya iman.
Orang yang lebih mencintai keluarga, harta kekayaan
dari pada mencintai Allah dan Rasul dan dari berjihat dijalan Allah tentu tidak
akan mendapat petunjuk dari Allah. Firman Allah dalam Q.S At-Taubah/9:24:
Katakanlah: "Jika bapak-bapak , anak-anak ,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad
di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Khusus mencintai harta, Azhari Ahmad Mahmud dalam
kutipan pepatah hikmahnya mengatakan “manusia yang paling bakhil adalah
orang yang bakhil untuk dirinya sendiri terhadap sesuatu yang di dalamnya
terdapat kebahagiaan (kabaikan) dan manusia yang paling anianya adalah orang
yang menganianya dirinya sendidri dengan bermaksiat kepada Allah SWT karena
orang yang bermaksiat berarti mencelakakan dirinya sendiri”.
Dari uraian di atas jelas bagi kita bahwa mencintai Allah dan
Rasulnya merupakan suatu keharusan jika memang ingin meraih manisnya iman,
kapan dan dimanapun kita berada. Bukan berarti pula tidak dibolehkan mencintai
keluarga, harta tetapi kecintaan
tersebut di dasarkan atas cinta kepada
Allah. Jangan sampai karena cinta anak-anak, harta tersebut menyebabkan kita
lalai dalam mengingat Allah. (QS. Al-Munafiqun:9)
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat
demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
2. Mencintai
karena Allah
Maksudnya cinta seseorang atau tidak mencintai
seseorang hanya karena Allah SWT. Cinta seorang mukmin harus dilandasi oleh
kesamaan aqidah. Cinta kasih yang dilandasi oleh dasar aqidah itulah cinta yang sebenarnya. Cinta kasih
yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan diantara sesama mereka dan diridhai oleh Allah SWt. Karena sesama
muslim adalah bersaudara yang tidak boleh saling menyakiti dan saling menghina,
tetapi saling menolong atas dasar kebaikan dan taqwa kepada Allah SWT.
..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya. (QS. Al-Maidah/5:2)
Dalam suatu riwayat yang datang dari Abu Hurairah
r.a berkata: bahwa Rasulullah bersabda “sesungguhnya diantara
hamba-hamba Allah SWT ada sekelompok orang yang bukan para Nabi dan Syuhada
tetapi membuat iri para nabi dan syuhada pada hari kiamat karena kedudukanya
disisi Allah”. Salah seorang sahabat berkata, wahai Rasulullah
beritahukan kepada kami siapa mereka itu? Rasulullah menjawab “mereka
adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal tidak diikat oleh
hubungan persaudaraan dan tidak karena harta yang saling mereka berikan.
Demikianlah cinta seorang mukmin kepada saudaranya,
mereka saling mencintai bukan karena hubungan keluarga atau karena harta tetapi
hubungan terjalin hanya karena Allah SWT semata. Dalam hadist yang diriwayatkan
Muslim Rasulullah mengambarkan hubungan tersebut bagaikan satu tubuh:
Perumpamaan kaum mukmin dalam saling mengasihi,
saling menyanyangi dan saling lemah lembut diantara mereka seperti perumpamaan
satu tubuh, tatkala satu tubuh merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain akan
merasakan pula dengan tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim)
3. Benci
kembali kepada kekufuran
Maksudnya seseorang yang telah diselamatkan Allah
dengan iman benci kembali kufur, karena iman merupakan cahaya yang menerangi
manusia kejalan yang lurus, yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan yang penuh
nikmat dan tidak membosankan yaitu syorga Allah SWT.
Iman dan kufur adalah dua hal yang saling
bertentangan. Iman membimbing manusia menunju kebahagian sedangkan kufur
mengajak manusia untuk sesat dan terancam siksa. Kesesatan akibat kekufuran
adalah sesuatu yang dibenci dan dijauhi oleh orang-orang yang berakal dan
memahami agama. Allah SWT menegaskan bahwa hanya orang yang beriman dan beramal
shaleh yang akan mendapatkankan keberuntungan, sebaliknya orang yang tidak
beriman akan tergolong kepada orang yang merugi.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3)
Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang
mempertaruhkan jiwanya untuk mempertahankan iman, meskipun harus mendapatkan
siksa dan cobaan dalam kehidupan. Kebencian mereka untuk kembali kufur seperti
kebencian mereka jika dilemparkan kedalam api neraka. (Af)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar