Rabu, 08 April 2020

MOTIVASI KERJA KEPALA SEKOLAH


                                                           PENDAHULUAN
Secara ideal seorang guru (kepala) sekolah dengan kompetensi yang dimiliki menunjukkan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik di sekolah maupun tugas pengabdiannya di masyarakat. Sabri mengemukakan bahwa masyarakat mendudukkan guru pada tempat terhormat dalam masyarakat yakni didepan memberi teladan, ditengah-tengah membangun dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi yang dikenal dengan: ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kedudukan ini merupakan suatu penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi guru. Penghargaan ini sekaligus menjadi tantangan yang menuntut kinerja  yang senantiasa terpuji dan teruji dari setiap guru, bukan saja di depan kelas tetapi juga di tengah-tengah masyarakat lingkungannya[1].
Kenyataan berbagai pihak masih mempertanyakan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan optimalisasi kinerja guru. Menurut Sagala  kinerja guru selama ini tidak otimal. Guru selama ini melaksanakan tugas hanya sebagai kegiatan rutin, kurang kreatifitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup dan kreatifitasnya bukan merupakan bagian dari prestasi. Hasil pendidikan dan pelatihan guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak mengikuti pendidikan dan pelatihan[2].
Tugas guru sebagaimana tersebut di atas, tidak mudah dilakukan apabila guru tidak memiliki kemampuan,  motivasi  dan lingkungan yang mendukung termasuk motivasi kerja kepala sekolah sebagai guru yang beri tugas memimpin dan mengelola sekolah. Motivasi kerja kepala sekolah yang baik akan mendorong meningkatkannya kinerja guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Snair mengemukakan bahwa pemimpin motivasional sebagai seorang yang menggunakan proses menginspirasi dan membujuk orang lain dengan mengombinasikan tindakan, sikap, dan kepribadian yang menyakinkan. Pemimpin yang memiliki motivasi tinggi akan menggunakan pesona yang energik dan menginspirasi, membuat keputusan yang tepat, berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan dengan baik, selalu menggunakan buku kegiatan dan menyusun agenda, dan  bersikap tegas tetapi adil[3].
MOTIVASI KERJA KEPALA SEKOLAH
Gibson, dkk mendefenisikan motivasi sebagai semua kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang  yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan dan dorongan. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja. Kinerja seseorang tidak memuaskan sering   disebabkan motivasi yang rendah[4]. Robbins  mendefenisikan motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran[5]. Usman mengemukan motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar  atau alasan seseorang berperilaku. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong  untuk bekerja[6].
Hasibuan mengatakan  motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan[7].  Menurut Uno  motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi  orang atau orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu[8]. Lubis mengemukakan motivasi merupakan gabungan berbagai faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu.  Motivasi mampu mendorong seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Mampu membuat manusia semangat atau tidak semangat melakukan sesuatu. Motivasi dapat naik turun sesuai perintah otak[9].
Sardiman mengemukakan  3 (tiga) fungsi motivasi yaitu : (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Energi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, (b) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah  dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, (c) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi  guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermamfaat bagi tujuan. Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan sesuatu  karena adanya motivasi[10]. Uno mengemukakan sararan motivasi adalah: (a) mendorong manusia untuk melakukan sesuatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Motivasi sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang mempunyai indikator: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan; (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan; (3) adanya harapan dan cita-cita; (4) penghargaan dan penghormatan atas diri; (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya kegiatan yang menarik[11].
Macam dan jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Artinya motivasi atau motif-motif  itu sangat bervariasi. Hasibuan membagi motivasi atas motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik[12]. Sardiman menjelaskan jenis dan macam motivasi. Jika dilihat dari dasar pembentukannya membedakan motivasi dua jenis yaitu : (1) motif-motif bawaan yang merupakan motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, dan (2) motif-motif yang dipelajari, maksudnya munculnya motif karena dipelajari. Motivasi dapat juga dibedakan atas motivasi jasmani dan motivasi rohani. Motivasi jasmani seperti refleks, nafsu. Motivasi rohani adalah kemauan. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang. Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang dinamakan motivasi intrinsik dan motivasi yang timbul dari   luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik[13]. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya  tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.  Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena perangsang dari luar[14].
Robbins dalam menjelaskan teori dua faktor dari Frederick Herzberg mengemukakan bahwa faktor-faktor intrinsik seperti kemajuan, prestasi, pengakuan dan tanggung jawab yang terkait dengan kepuasan kerja. Responden yang merasa senang dengan pekerjaan cendrung mengaitkan faktor ini kediri mereka sendiri. Faktor-faktor ekstrinsik seperti pengawasan, gaji, kebijakan perusaan dan kondisi kerja[15]. Teori kebutuhan David McCelland dalam Robbins menfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu prestasi, kekuasaan dan kelompok pertemanan. Kebutuhan akan prestasi: dorongan untuk unggul, untuk berprestasi berdasarkan standar, untuk berusaha keras supaya sukses. Kebutuhan kekuasaan: kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. Kebutuhan akan kelompok pertemanan: hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. McCelland menemukan bahwa peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dari orang lain berdasarkan hasrat mereka melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efesien daripada yang telah dilakukan sebelumnya[16].   
Berdasarkan pendapat para ahli tentang motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018  Pada pasal Pasal 9 disebutkan: Beban Kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas: a. manajerial; b. pengembangan kewirausahaan; dan c. supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan. Lampiran II Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018  dijelaskan rincian ekuivalensi beban kerja kepala sekolah tugas manajerial sebagai berikut:
a.    Merencanakan program sekolah
b.    Mengelola standar nasional pendidikan
c.     Melaksanakan pengawasan dan evaluasi
d.    Melaksanakan kepemimpinan sekolah, dan
e.    Mengelola sistem informasi manajemen sekolah[17]
Idealnya kepala sekolah dalam melaksanakan beban kerja yang di amanahkan kepadanya  memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugsnya di sekolah. Sebagai pemimpin sekolah maka kepala sekolah berfungsi sebagai motivator di sekolah. Mulyasa mengemukakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi tepat dalam memberikan motivasi kepada guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan  fungsi kepemimpinanya. Motivasi dari personal sekolah dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar[18].
Sebagai motivator, kepala sekolah dapat menerapkan berbagai prinsip yang dapat mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya. Mulyasa (2007:121) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah : (1) kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan; (2) tujuan kegiatan disusun dengan jelas dan diimformasikan kepada tenaga kependidikan dan dapat melibatkan tenaga kependidikan dalam penyusunan tujuan tersebut; (3) tenaga pendidikan harus diberitahu tentang hasil setiap pekerjaan;  (4) pemberian hadiah atau hukuman jika diperlukan, dan (5) berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan[19].
Usman menjelaskan bahwa  kinerja merupakan fungsi motivasi, kemampuan dan lingkungan. Sebagai seorang pemimpin menghadapi dua hal yang mempengaruhi untuk memotivasi bawahan dalam pekerjaannya yaitu kemampuan dan kemauan. Kemampuan dapat diatasi dengan pendidikan dan pelatihan, kemauan dapat diatasi dengan pemberian motivasi. Dengan demikian motivasi kerja kepala sekolah merupakan satu faktor yang menentukan kinerja kepala sekolah yang sekaligus merupakan faktor lingkungan yang diduga turut mempengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran[20]. Nawawi mengemukakan motivasi kerja berarti dorongan atau kehendak seseorang untuk melaksanakan tindakan atau kegiatan dalam lingkup tugas-tugas yang merupakan pekerjaan atau jabatannya dilingkungan sebuah organisasi[21]
PENUTUP
Berdasarkan berbagai pendapat dan uraian para ahli tentang motivasi  di atas, motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan yang melatar belakangi seseorang bekerja. Motivasi kerja kepala sekolah dalam hal ini  berarti adalah dorongan atau keinginan yang melatar belakangi kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah. Motivasi kerja kepala sekolah dapat bersumber dari diri kepala sekolah (intrinsik) dan motivasi yang bersumber dari luar diri kepala sekolah (ekstrinsik). Motivasi intrinsik terdiri dari :  (1) bertanggung jawab dalam tugas; (2) perasaan senang dalam bekerja; (3) bekerja keras;  (4) dorongan untuk maju; (5) berusaha mengungguli orang lain; 5) mengutamakan prestasi. Motivasi ekstrinsik terdiri dari (1) berusaha /bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerja; (2) bekerja untuk memperoleh insentif; (3) senang memperoleh pujian; (4) bekerja untuk memperoleh perhatian, dan penghargaan.
Motivasi kerja kepala sekolah tentu memiliki hubungan dengan motivasi kerja kinerja guru  artinya semakin tinggi motivasi kerja kepala sekolah maka semakin meningkat kinerja guru. Dengan demikian guna meningkatkan kinerja guru khususnya dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi kerja kepala sekolah. Motivasi kerja kepala sekolah dapat ditingkat melalui pelatihan- pelatihan dan pemberian penghargaan atas prestasi yang dicapai.


[1] Ahmad Sapri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta, Jakarta, Quantum Teaching, 2007, hlm 65
[2] Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2007 hlm 38
[3] Scott Snair, Motivasional Leadership, Jakarta, Prenada Media Grouf, 2008, hlm 5
[4] Gibson, Donnelly, Ivancevich, Manajemen, Ed Kesembilan, Jakarta, Erlangga, 1997, hlm 340
[5] Stephen P Robinson, Perilaku Organisasi, (Edisi Kesepuluh), Jakarta, Indeks, 2006, hlm 213
[6] Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hlm 223
[7] Melayu SP Hasibuan, Organisasi dan motivasi Dasar Peningkatan Produktifitas, Jakarta, Bumi Aksara, 2007,hlm 95
[8] Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hlm 1
[9] Satria Hadi Lubis, Total Motivation, Yogyakarta, Pro-You, hlm 18
[10] A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hlm 85
[11] Hamzah B Uno, op.cit  hlm 9
[12] Melayu SP Hasibuan, op.cit hlm 99
[13] AM Sardiman, op.cit hlm 86
[14] AM Sardiman, op.cit hlm 89
[15] Stephen P Robinson, op.cit hlm 218
[16] Stephen P Robinson, op.cit hlm 222
[17] Peraturan Mendikbud Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
[18] E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2007, hlm 98
[19] E Mulyasa, ibid
[20] Husaini Usman, Op.cit hlm 223
[21] H Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yokyakarta,  Gajah Mada University Press, 2006, hlm 328

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIBURAN DAN CUTI TAHUNAN GURU PNS ?

oleh Afwan Tarihoran, M.Pd. A.         Pendahuluan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan: Guru...