PENDAHULUAN
Secara ideal seorang guru
(kepala) sekolah dengan
kompetensi yang dimiliki menunjukkan kinerja yang optimal dalam
melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik di sekolah maupun tugas pengabdiannya
di masyarakat.
Sabri mengemukakan bahwa masyarakat mendudukkan guru pada tempat terhormat
dalam masyarakat yakni didepan memberi teladan, ditengah-tengah membangun dan
dibelakang memberi dorongan dan motivasi yang dikenal dengan: ing ngarso sung
tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kedudukan ini merupakan
suatu penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi guru. Penghargaan
ini sekaligus menjadi tantangan yang menuntut kinerja yang senantiasa terpuji dan teruji dari
setiap guru, bukan saja di depan kelas tetapi juga di tengah-tengah masyarakat lingkungannya[1].
Kenyataan berbagai pihak masih mempertanyakan
kualitas penyelenggaraan pendidikan dan optimalisasi kinerja guru. Menurut Sagala kinerja guru selama ini tidak otimal. Guru
selama ini melaksanakan tugas hanya sebagai kegiatan rutin, kurang kreatifitas.
Inovasi bagi guru relatif tertutup dan kreatifitasnya bukan merupakan bagian
dari prestasi. Hasil pendidikan
dan pelatihan guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja yang signifikan dibandingkan dengan
yang tidak mengikuti pendidikan
dan pelatihan[2].
Tugas
guru sebagaimana tersebut
di atas, tidak mudah dilakukan
apabila guru tidak memiliki kemampuan,
motivasi dan lingkungan yang
mendukung termasuk motivasi
kerja kepala sekolah sebagai
guru yang beri tugas memimpin dan mengelola sekolah. Motivasi kerja kepala sekolah yang baik akan mendorong
meningkatkannya kinerja guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Snair
mengemukakan bahwa pemimpin motivasional sebagai seorang yang menggunakan
proses menginspirasi dan membujuk orang lain dengan mengombinasikan tindakan,
sikap, dan kepribadian yang menyakinkan. Pemimpin yang memiliki motivasi tinggi
akan menggunakan pesona yang energik dan menginspirasi, membuat keputusan yang
tepat, berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan dengan baik, selalu menggunakan
buku kegiatan dan menyusun agenda, dan
bersikap tegas tetapi adil[3].
MOTIVASI KERJA KEPALA SEKOLAH
Gibson, dkk mendefenisikan motivasi sebagai semua kondisi
yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan
dan dorongan. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan
kinerja. Kinerja seseorang tidak memuaskan sering disebabkan motivasi yang rendah[4]. Robbins mendefenisikan motivasi sebagai proses yang
ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai
sasaran[5].
Usman mengemukan motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan
motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire)
atau impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang
individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang
menjadi dasar atau alasan seseorang
berperilaku. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang
melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja[6].
Hasibuan
mengatakan motivasi adalah pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan[7]. Menurut Uno motivasi adalah kekuatan baik dari dalam
maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk
mencoba mempengaruhi orang atau orang
yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan tujuan
tertentu yang ditetapkan lebih dahulu[8]. Lubis mengemukakan
motivasi merupakan gabungan berbagai faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Motivasi mampu mendorong
seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Mampu membuat manusia semangat atau
tidak semangat melakukan sesuatu. Motivasi dapat naik turun sesuai perintah
otak[9].
Sardiman
mengemukakan 3 (tiga) fungsi motivasi
yaitu : (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor
yang melepaskan energi. Energi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan, (b) menentukan arah perbuatan, yakni
kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya, (c) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermamfaat bagi tujuan. Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai pendorong
usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan sesuatu karena adanya motivasi[10]. Uno mengemukakan sararan
motivasi adalah: (a) mendorong manusia untuk melakukan sesuatu aktivitas yang
didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini motivasi merupakan motor
penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi, (b) menentukan arah tujuan
yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Motivasi sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk
mengadakan perubahan tingkah laku yang mempunyai indikator: (1) adanya hasrat
dan keinginan untuk melakukan kegiatan; (2) adanya dorongan dan kebutuhan
melakukan kegiatan; (3) adanya harapan dan cita-cita; (4) penghargaan dan
penghormatan atas diri; (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya
kegiatan yang menarik[11].
Macam dan
jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Artinya motivasi atau
motif-motif itu sangat bervariasi.
Hasibuan membagi
motivasi atas motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif, manajer
memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi
baik. Motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman
kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik[12].
Sardiman menjelaskan jenis dan macam motivasi. Jika dilihat dari dasar
pembentukannya membedakan motivasi dua jenis yaitu : (1) motif-motif bawaan
yang merupakan motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, dan (2)
motif-motif yang dipelajari, maksudnya munculnya motif karena dipelajari.
Motivasi dapat juga dibedakan atas motivasi jasmani dan motivasi rohani.
Motivasi jasmani seperti refleks, nafsu. Motivasi rohani adalah kemauan.
Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar
diri seseorang. Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang dinamakan
motivasi intrinsik dan motivasi yang timbul dari luar diri seseorang disebut motivasi
ekstrinsik[13].
Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena perangsang dari luar[14].
Robbins dalam menjelaskan teori
dua faktor dari Frederick Herzberg mengemukakan bahwa faktor-faktor intrinsik
seperti kemajuan, prestasi, pengakuan dan tanggung jawab yang terkait dengan
kepuasan kerja. Responden yang merasa senang dengan pekerjaan cendrung
mengaitkan faktor ini kediri mereka sendiri. Faktor-faktor ekstrinsik seperti
pengawasan, gaji, kebijakan perusaan dan kondisi kerja[15]. Teori kebutuhan David
McCelland dalam Robbins
menfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu prestasi, kekuasaan dan kelompok
pertemanan. Kebutuhan akan prestasi: dorongan untuk unggul, untuk berprestasi
berdasarkan standar, untuk berusaha keras supaya sukses. Kebutuhan kekuasaan:
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian
rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. Kebutuhan akan kelompok
pertemanan: hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. McCelland
menemukan bahwa peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dari orang lain
berdasarkan hasrat mereka melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih
efesien daripada yang telah dilakukan sebelumnya[16].
Berdasarkan
pendapat para ahli tentang motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun
dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah
laku/aktivitas. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 Pada pasal Pasal 9 disebutkan: Beban Kerja
Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas: a. manajerial; b.
pengembangan kewirausahaan; dan c. supervisi kepada Guru dan tenaga
kependidikan. Lampiran II Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15
Tahun 2018 dijelaskan rincian
ekuivalensi beban kerja kepala sekolah tugas manajerial sebagai berikut:
a.
Merencanakan
program sekolah
b.
Mengelola
standar nasional pendidikan
c.
Melaksanakan
pengawasan dan evaluasi
d.
Melaksanakan
kepemimpinan sekolah, dan
e.
Mengelola
sistem informasi manajemen sekolah[17]
Idealnya kepala sekolah dalam melaksanakan
beban kerja yang di amanahkan kepadanya
memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugsnya di sekolah.
Sebagai pemimpin sekolah maka kepala sekolah berfungsi sebagai motivator di
sekolah. Mulyasa mengemukakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Sebagai
motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi tepat dalam memberikan
motivasi kepada guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan fungsi kepemimpinanya. Motivasi dari personal
sekolah dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai
sumber belajar[18].
Sebagai
motivator, kepala sekolah dapat menerapkan berbagai prinsip yang dapat
mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya.
Mulyasa (2007:121) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah : (1)
kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan; (2) tujuan kegiatan disusun
dengan jelas dan diimformasikan kepada tenaga kependidikan dan dapat melibatkan
tenaga kependidikan dalam penyusunan tujuan tersebut; (3) tenaga pendidikan
harus diberitahu tentang hasil setiap pekerjaan; (4) pemberian hadiah atau hukuman jika
diperlukan, dan (5) berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan[19].
Usman menjelaskan
bahwa kinerja merupakan fungsi motivasi,
kemampuan dan lingkungan. Sebagai seorang pemimpin menghadapi dua hal yang
mempengaruhi untuk memotivasi bawahan dalam pekerjaannya yaitu kemampuan dan
kemauan. Kemampuan dapat diatasi dengan pendidikan dan pelatihan, kemauan dapat
diatasi dengan pemberian motivasi. Dengan demikian motivasi kerja kepala
sekolah merupakan satu faktor yang menentukan kinerja kepala sekolah yang
sekaligus merupakan faktor lingkungan yang diduga turut mempengaruhi kinerja
guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran[20]. Nawawi mengemukakan motivasi
kerja berarti dorongan atau kehendak seseorang untuk melaksanakan tindakan atau
kegiatan dalam lingkup tugas-tugas yang merupakan pekerjaan atau jabatannya
dilingkungan sebuah organisasi[21]
PENUTUP
Berdasarkan berbagai pendapat dan
uraian para ahli tentang motivasi di atas, motivasi kerja
adalah dorongan atau keinginan yang melatar belakangi seseorang bekerja.
Motivasi kerja kepala sekolah dalam hal ini berarti adalah dorongan atau keinginan yang melatar
belakangi kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah.
Motivasi kerja kepala sekolah dapat bersumber dari diri kepala sekolah
(intrinsik) dan motivasi yang bersumber dari luar diri kepala sekolah
(ekstrinsik). Motivasi intrinsik terdiri dari :
(1) bertanggung jawab dalam tugas; (2) perasaan senang dalam bekerja;
(3) bekerja keras; (4) dorongan untuk
maju; (5) berusaha mengungguli orang lain; 5) mengutamakan prestasi. Motivasi
ekstrinsik terdiri dari (1) berusaha /bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan kebutuhan kerja; (2) bekerja untuk memperoleh insentif; (3) senang
memperoleh pujian; (4) bekerja untuk memperoleh perhatian, dan penghargaan.
Motivasi kerja kepala sekolah tentu memiliki
hubungan dengan motivasi kerja kinerja guru artinya semakin tinggi motivasi kerja kepala
sekolah maka semakin meningkat kinerja guru. Dengan demikian guna meningkatkan
kinerja guru khususnya dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
meningkatkan motivasi kerja kepala sekolah. Motivasi kerja kepala sekolah dapat
ditingkat melalui pelatihan- pelatihan dan pemberian penghargaan atas prestasi
yang dicapai.
[1]
Ahmad Sapri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta, Jakarta,
Quantum Teaching, 2007, hlm 65
[2]
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Bandung, Alfabeta, 2007 hlm 38
[3]
Scott Snair, Motivasional Leadership, Jakarta, Prenada Media Grouf, 2008, hlm 5
[4]
Gibson, Donnelly, Ivancevich, Manajemen, Ed Kesembilan, Jakarta, Erlangga,
1997, hlm 340
[5]
Stephen P Robinson, Perilaku Organisasi, (Edisi Kesepuluh), Jakarta, Indeks,
2006, hlm 213
[6]
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara, 2006, hlm 223
[7]
Melayu SP Hasibuan, Organisasi dan motivasi Dasar Peningkatan Produktifitas,
Jakarta, Bumi Aksara, 2007,hlm 95
[8]
Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hlm 1
[9]
Satria Hadi Lubis, Total Motivation, Yogyakarta, Pro-You, hlm 18
[10]
A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2007, hlm 85
[12]
Melayu SP Hasibuan, op.cit hlm 99
[13]
AM Sardiman, op.cit hlm 86
[14]
AM Sardiman, op.cit hlm 89
[15]
Stephen P Robinson, op.cit hlm 218
[16]
Stephen P Robinson, op.cit hlm 222
[17]
Peraturan Mendikbud Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah
dan Pengawas Sekolah
[18]
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya,
2007, hlm 98
[19]
E Mulyasa, ibid
[20]
Husaini Usman, Op.cit hlm 223
[21]
H Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 2006, hlm 328
Tidak ada komentar:
Posting Komentar